Kamis, 10 Desember 2015

"3 Waktu Mandi Yang Berbahaya"

Bisa Mati Mendadak Jika Mandi Di 3 Waktu Ini, Berhati-Hati Lah !! 


Berhati- Hatilah Jangan Mandi Di 3 waktu Ini,

Hasil penelitian yang baru-baru ini dirilis oleh situs informasi dan konsultasi kesehatan, doktersehat.com, menyatakan ada 3 waktu yang seharusnya dihindari seseorang untuk mandi, Berbahaya!! Bahkan bisa menyebabkan kematian mendadak. Simak penjelasannya di bawah ini.

1. Jangan Mandi 30 Menit Setelah Shalat Ashar

Pada waktu tersebut kondisi darah dalam tubuh sedang panas, sehingga jika kita memaksakan diri untuk mandi, maka bisa mengakibatkan rasa lelah dan letih yang berlebihan.

2. Jangan Mandi Setelah Maghrib

Pada waktu maghrib antara pukul 18.00 - 19.00 juga dilarang, dikarenakan kondisi jantung kita pada waktu itu sangat melemah.

Selain itu, mandi pada waktu tersebut juga meningkatkan resiko penyakit paru-paru basah.

3. Jangan Mandi Setelah Waktu Isya Sampai Jam 12 Malam

Setelah waktu isya, merupakan waktu dimana jantung kita butuh beristirahat. Mandi pada saat itu akan menyebabkan kerusakan jantung permanen jika kita lakukan secara terus menerus.

Selain itu, mandi pada waktu setelah isya bisa mengakibatkan penyakit reumatik.
Jika anda memang tak memiliki waktu yang tepat untuk mandi, berikut ini adalah waktu alternatif yang dianjurkan untuk mandi.

Waktu yang direkomendasikan ini sudah pasti mengandung manfaat untuk tubuh.

• Mandi di Waktu Subuh atau Sebelum Subuh

Mandi sebelum subuh sangat dianjurkan, karena mengandung ozon dalam air lebih tinggi sehingga membuat badan lebih segar dan lebih awet muda.

Rasululah selalu melakukan mandi sebelum subuh, karena mandi di waktu ini akan menguatkan daya tahan tubuh.

• Mandi di Waktu Ashar

Mandi pada waktu ashar atau sekitar pukul 15.00 akan membuat tubuh anda lebih segar.

Selain itu, mandi pada waktu ashar juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh sehingga tidak akan mudah terkena penyakit.  Demikian,

Sumber: http://www.reportaseterkini.com/2015/10/bisa-mati-mendadak-jika-mandi-di-3.html

Rabu, 09 Desember 2015

KEISTIMEWAAN JUM’AT




KEISTIMEWAAN JUM’AT

A.     KEUTAMAAN HARI JUM’AT
Hari jum’at memiliki banyak sekali keutamaan bila dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Hari Jum’at merupakan hari yang terbaik di antara hari yang ada dalam satu minggu. Sebagaimana sabda Nabi SAW. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. :

“Hari yang terbaik adalah hari jum’at. Pada hari itulah Adam diciptakan, pada hari itu pula ia dimasukkan kedalam surga dan dikeluarkan darinya. Kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari jum’at.” (HR. Muslim)

Abu Lubanah al-Badri r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Penghulu dari semua hari adalah hari Jum’at.Hari Jum’at merupakan hari yang paling agung di antara hari-hari yang lain dan hari yang paling agung di sisi Allah azza wa jalla, bahkan melebihi (lebih agung) daripada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Pada hari Jum’at itu terjadi lima peristiwa: Allah azza wa jalla menciptakan Adam a.s., Allah menurunkan Adam ke bumi, Allah mewafatkan Adam, dan pada hari jum’at itu ada suatu saat dimana tidak seorang hamba pun memohon sesuatu pada-Nya kecuali akan dikabulkan Allah permohonannya itu selama yang dimintanya itu bukan bukan sesuatu yang haram, serta pada hari Jum’at itu pula terjadinya Kiamat. Tidak ada satu Malaikat Muqarrabin pun, begitu juga langit, bumi, angin, gunung, atau lautan melainkan semuanya takut pada hari Jum’at.” [1]

B.     BERDO’A PADA HARI JUM’AT
Sudah sepatutunya seseorang bersungguh-sungguh dalam berdo’a, terutama pada saat terakhir pada hari Jum’at. Hal ini sepertinya sedikit orang yang mengetahuinya akan mustajabnya do’a diwaktu akhir pada hari jum’at.
Berikut ini beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan berdo’a pada hari Jum’at, di antaranya sebagai berikut.
Abi Sa’id dan Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda,
“Pada hari Jum’at itu ada satu saat (waktu tertentu) di mana tidak seorang muslim pun yang memohon satu kebaikan kepada Allah dan waktunya bertepatan dengan saat (waktu tertentu) itu melainkan pasti Allah akan mengabulkan permohonannya. Saat (waktu tertentu) itu ialah sesudah ashar.” (HR. Ibnu Majah)
            Jabir r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda,
“Hari Jum’at itu terdiri atas du belas saat (waktu), di antaranya terdapat satu saat (waktu) dimana tidak ada seorang hamba muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah-dan waktunya bertepatan dengan saat (waktu) itu-melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Carilah saat (waktu) itu pada waktu-waktu terakhir setelah ashar.” (HR. Abu Dawud)
Dari beberapa hadits diatas telah jelas bahwa pada hari Jum’at selain hari yang baik dari hari yang lain, pada hari itu juga ada waktu-waktu tertentu yang mustajab untuk berdo’a. Oleh karena itu sepatutnya seorang hamba hendaklah menggunakan waktu-waktu yang baik itu dengan kebaikan pula, yaitu salah satunya berdo’a memohon kebaikan kepada Allah swt. Semoga do’a-do’a orang yang tulus, akan benar-benar di ijabah oleh Allah swt. Amiin.. 

C.     DISUNNAHKAN MEMPERBANYAK SHALAWAT NABI SAW.
Hari Jum’at merupakan hari yang mulia, dan pada hari itu pula disunnahkan untuk memperbanyak membaca sholawat, baik malam maupun siangnya.
Aus bin Aus r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Di antara hari-hari kalian yang paling utama adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan pada hari itu pula diwafatkan serta pada hari itu pula ditiup sangkakala dan dimatikan semua umat manusia. Karena itu, perbanyaklah membaca shalawat atasku dan bacaanmu itu akan disampaikan kepadaku. “Para sahabat bertanya, ‘ Wahai Rasulullah, bagaimana caranya bacaan shalawat itu disampaikan kepada engkau, padahal pada saat itu jasad engkau telah hancur luluh?” Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya, Allah ‘azza wa jalla telah melarang bumi untuk memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Dawud)

            Ibnul Qayyim berkata, “Disunnahkan memperbanyak bacaan shalawat atas Nabi saw. pada hari dan malam Jum’at. Hal ini berdasarkan hadits Nabi saw.,
“Perbanyaklah oleh kalian membaca shalawat atasku pada hari dan malam Jum’at.” [2]
            Inilah salah satu amalan sunnah yang dianjurkan bagi kaum muslimin pada hari Jum’at, namun bukan berarti pada hari yang lain tidak, akan tetapi sama. Artinya sama-sama dianjurkan untuk membaca shalawat, namun jika pada malam dan haru Jum’at lebih di ajurkan lagi.

D.     MEMBACA SURAH AL-KAHFI
Pada malam dan siang hari Jum’at disunnahkan membaca surah al-Kahfi. Hal ini berdasarkan hadits Nabi saw., yang diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri:
“Barang siapa membaca surah al-Kahfi pada hari Jum’at, maka ia akan diberi cahaya yang dapat meneranginya di antara kedua Jum’at.” (HR. Baihaqi)
Ibnu Umar r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda,
“Barangsiapa membaca surah al-Kahfi pada hari Jum’at maka cahaya akan memancar dari bawah kakinya hingga menjulang ke atas langit dan akan meneranginya pada hari kiamat serta diampuni dosa-dosanya yang terdapat di antara dua Jum’at.”[3]

E.     MANDI, BERHIAS, BERSIWAK DAN WEWANGIAN
Ada beberapa hadis yang menjelaskan tentang masalah ini, di antaranya sebagai berikut.
Abu Said r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda,
“Setiap muslim hendaklah mandi pada hari Jum’at, mengenakan pakaian yang terbaik dan memakai wewangian (jika punya).”[4]
“Apa salahnya bila salah seorang dari kalian membeli sepasang pakaian lagi untuk persediaan pada hari Jum’at selain sepasang pakaian untuk bekerja.”[5]
Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang sahih bahwa Nabi saw. bersabda,
“Sepatutnya setiap muslim itu mandi, memakai wewangian, bersiwak (menggosok gigi) pada hari Jum’at.”[6]

F.     DATANG KEMASJID LEBIH AWAL
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Barang siapa yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi janabat kemudian ia pergi kemasjid maka seolah-olah ia berkurban seekor unta, yang pergi pada saat kedua seolah-olah berkurban lembu(sapi), yang pergi pada saat ketiga seolah-olah berkurban kambing yang bertanduk, yang pergi pada saat keempat seolah-olah berkurban ayam, dan yang pergi pada saat kelima seolah-olah berkurban telur. Apabila imam telah datang, hadirlah semua malaikat untuk mendengarkan khutbah.”[7]
            Imam Syafi’i dan yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “saat (waktu),” itu ialah waktu siang. Malik berpendapat bahwa yang dimaksud “saat (waktu)” ialah waktu kira-kira satu jam sebelum tergelincir matahari dan sesudahnya.

G.    SHALAT SUNNAH BA’DIYAH JUM’AT
Ibnu Umar r.a. meriwayatkan bahwa ia memperpanjang shalat sebelum (shalat) Jum’at dan shalat dua rakaat sesudah (shalat) Jum’at. Ia menjelaskan bahwa Rasulullah saw. pun mengerjakan seperti itu.[8]

H.     BERPINDAH TEMPAT BAGI YANG MENGANTUK
Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda,
“Apabila salah seorang di antara kalian mengantuk (ketika berada) di dalam masjid, sebaiknya ia berpindah dari tempatnya (semula) ke tempat yang lain.”[9]

SUMBER: Muhammad Sayyid Sabiq (Penerjemah Abu Syauqina Lc dan Abu Aulia Rahma Lc), Fiqih Sunnah, jilid I,  (Jakarta Timur, Tinta Abadi Gemilang, 2013). hlm. 573-586.




                                                                                    


[1] Musnad Ahmad, jilid III, hlm. 430.
[2] Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, jilid III, hlm. 249.
[3] At-Tarhib, jilid I, hlm. 513.
[4] HR. Bukhari
[5] HR. Abu Dawud
[6] Al-Fath ar-Rabbani, jilid VI, hlm. 50, 51, nomor hadits 1555;
[7] HR. Bukhari
[8] HR. Muslim
[9] HR. Abu Dawud

Sabtu, 21 November 2015

Allah Cinta Orang-Orang Sabar Di Tengah Bencana



Allah Cinta Orang-Orang Sabar Di Tengah Bencana 

Ketika kita naik mobil angkutan umum di tengah kemacetan lalu lintas, maka kita dituntut untuk bersabar. Kita tak boleh mencaci si sopir, apalagi membentak-bentak. Ketika kita berdesak-desakkan di kereta api kita juga dituntut sabar. Pada saat itu kita tidak boleh marah, kendati mungkin kaki kita terinjak.
Pantaslah jika dalam sebuah kesempatan Nabi Muhammad SAW berpesan kepada kita untuk selalu bersabar (tabah dan ikhlas menerima kenyataan/taqdir). Bahkan beliau mengatakan,"Sebagian dari iman adalah sabar". Rasulullah yang mulia sendiri, setiap ditimpa musibah apa saja, tak pernah mengeluh apalagi sampai menyalah-nyalahkan orang lain. Entah itu pemerintah, tetangga, atau orang lain. Anehnya, kita tak pernah menyalahkan diri kita.
Kenapa kita diperintah untuk bersabar oleh Allah? Inilah terapi psikologis canggih yang diberikan Allah kepada kita. Melalui sikap inilah kita disadarkan bahwa manusia itu tak mampu mengelola hidupnya secara pasti. Dialah Allah yang mengurus segala urusan kita. Itulah makna kita membaca Alhamdulillahi Rabbil 'alamin. Artinya, bahwa yang mengatur segala urusan kita itu adalah Dia. Dengan demikian, bersama sabar kita menghadapi gejolak hidup itu dengan tenang, rileks. 
Untuk menjadi seorang penyabar tidak mudah, memang. Tapi Allah melalui ayat-ayat-Nya, baik yang kauni maupun qauli mengajak kita untuk menjadi ash-shabirin (kelompok orang-orang yang sabar). Lihatlah betapa sabarnya seekor unta yang berjalan di padang pasir sembari membawa beban berat di punuknya. Simak juga kesabaran kerbau atau sapi ketika dengan tekunnya membajak lahan-lahan persawahan. Padahal kalau Allah mau, binatang-binatang itu menolak diperlakukan seperti itu oleh tuan-tuannya.
Kita ingat kisah tentang robohnya kuda Suraqah bin Naufal saat mengejar-ngejar Nabi untuk dibunuh. Kita ingat tenggelamnya Fir'aun bersama serdadunya di laut Merah ketika mengejar-ngejar Nabi Musa dan pengikutnya. Dan kita juga ingat selamatnya nabi Yunus dari telanan ikan hiu. Kalau saja Allah mau, tentu Nabi Muhammad SAW sudah dibunuh Suraqah, Musa sudah dipenggal oleh algojo-algojo Fir'aun dan Yunus tidak dikeluarkan lagi dari perut ikan buas itu. 
Maka sangat wajar bila Allah mengabadikan mereka dalam al-Qur'an sebagai al-shabirien dan al-shadiqien, yakni orang-orang yang membenarkan ayat-ayat-Nya. Kuncinya apa? Mereka sabar dalam menjalani hidup ini, tanpa berharap materi di dunia. 
Para kekasih Allah itu meneladani sifat Rabb mereka, Al-Shabur, salah satu al-Asma al-Husna yang Allah miliki. Saudara-saudaraku yang dirundung derita, dan mereka yang sedang ditimpa nestapa...........Bersabarlah, karena Allah bersama orang-orang yang sabar.

sumber : eramuslim

Jumat, 20 November 2015

"IKHLAS"

APA ITU IKHLAS?
“Katakan, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, seru sekalian alam, tiada sekutu baginya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan
diri (kepada Allah).”
(QS. Al-An’am : 162-163)                

Ikhlas, adalah sebuah kata yang tak asing lagi di telinga kita. Kata ikhlas sering digunakan dalam berbagai aktifitas hidup kita, mulai saat bersedekah, beribadah, bekerja, berusaha, membantu orang lain, berkeluarga, dan banyak aktifitas hidup lainnya. Kata ikhlas biasanya, sering kita gunakan untuk menjelaskan tindakan-tindakan yang tidak
beroreintasi materil, tanpa pamrih dan tulus. Tindakan yang disertai keikhlasan, sering membuat decak kagum banyak orang, karena tindakan tersebut adalah bentuk pengorbanan diri seseorang pada orang lain, tanpa berharap pamrih dari orang dibantunya. Ternyata ikhlas bukan sembarang “kata”, makna ikhlas bagaikan sebuah mantra yang mampu memberikan keajaiban dalam kehidupan manusia. Karena manusia-manusia yang ikhlas, memiliki keistimewaankeistimewaan tersendiri dalam hidupnya ”?”. Kekuatan ikhlas, ternyata dapat memberikan perubahan positif dalam kehidupan manusia. Kekuatan positif inilah yang membuat orang ikhlas, selalu mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidupnya. 
Orang ikhlas hatinya, akan selalu di lapangkan hidupnya oleh Allah, jiwanya selalu berserah diri pada pencipta-Nya. Sehingga beban-beban di punggungnya, akan di ringankan oleh Allah dari beban-beban ujian yang memberatkan hidupnya, semua kesulitannya akan di mudahkan oleh Allah. Karena orang ikhlas selalu percaya, sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Dan ia percaya, Allah akan selalu menolong hamba-hambanya yang ikhlas.

Apa itu ikhlas? Bagaimana penggunaannya? Apa urgensinya sikap ikhlas
dalam kehidupan manusia? Kekuatan positif apa yang dimiliki oleh seorang
manusia, ketika dia bersikap ikhlas?.
 
Semua jawaban itu akan kita dapatkan, setelah kita memahami makna ikhlas. Caranya yaitu dengan memahami makna ikhlas terlebih dahulu, setelah itu baru kita akan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehar--hari. Dengan ikhlas, kita tak perlu lagi bergundah hati, resah-gelisah, takut pada kemiskinan, kesempatan, penyakit dan ketidakjelasan masa depan. Ikhlas dapat melapangkan kesempitan, mempositifkan energi-energi negatif dalam diri, menghapuskan kebencian, menghilangkan dendam, dan mendobrak segala bentuk penyembahan-penyembahan pada Dunia, yang tak sedikit manusia terjebak di dalamnya.

Dengan kemurnian ikhlas, seorang manusia dapat membebaskan dirinya dari segala bentuk perbudakan Duniawi. Ia akan mampu melepaskan dirinya dari segala penyembahan kepada selain Allah. Seperti penyembahan pada materi, Uang, Harta benda, Wanita, Perhiasan, Alkhohol, Narkoba, Birahi, Jabatan, Tahta, Kekuasaan, Tradisi, yang selama ini banyak manusia terbukti terbudaki olehnya. Sesuai penjelasan surat Al-an’am di atas, Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku, dan
matiku hanya untuk Allah semata!, Inilah hakikat Ikhlas. Apalagi penjelasan dalam Surat Al-fatihah.

“Hanya Engkaulah (Allah) yang kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah (Allah) kami mohon pertolongan, “
(AL-Fatihah : 5)

Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Khalik, sudah sepantasnyalah manusia hanya berhak menyembah, berharap, dan memohon pertolongan hanya kepada Allah saja. Dan keikhlasan, adalah pondasi awal untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Tanpa keikhlasan, kita tidak akan mampu mengendalikan hawa nafsu, agar tetap berada di jalan lurus, jalan yang di ridhoi oleh Allah. Sebab hanya dengan berserah diri pada kehendak Allah lah, hidup manusia akan di selamatkan. Dan keikhlasan adalah kemurnian sikap yang akan membuat manusia menjadi hamba Allah, bukan hamba nafsunya, bukan hamba selain Allah, bukan hamba materialisme, sesuatu yang justru hanya ciptaan-ciptaan Allah. Kemurnian sikap, ucapan, dan perbuatan ikhlas inilah yang membuat kata “ikhlas” bagaikan mantra yang mampu menghujam hati, mengetarkan jiwa, dan sinarnya mampu memancarkan kekuatan positif yang mampu menyelesaikan berbagai macam persoalan hidup. Sebab
hanya dengan berserah diri secara utuh kepada Allah lah, semua beban-beban hidup manusia akan di ringankan oleh-Nya. 
Sungguh sombong manusia yang hanya menggantungkan hidupnya pada dirinya sendiri, pada kekayaan materi yang di miliki, pada kekuasaan politik maupun tradisi yang sandang, pada popularitas yang membuai, pada ciptaan-ciptaan Allah yang keberadaannya sangat bergantung pada Penciptanya. Sungguh tersesat, manusia yang tidak menggantungkan hidupnya pada Allah, karena sesungguhnya manusia adalah makhluk lemah yang tak memiliki daya dan upaya kecuali dia hanya berserah diri pada Allah. Sebab, tak ada satu helai rambut pun yang jatuh ke Bumi, tak ada satu lembar daun pun yang jatuh ke tanah, kecuali atas seizin Allah. Kalau kita menyadari hal itu, lantas alasan apalagi yang harus kita tunggu untuk tidak menyerahkan diri dan hidup kita kepada Allah saja. Dan cara satu-satunya adalah dengan mengikhlaskan hati.

Sumber: Muhammad Gatot Aryo Al-Huseini, Keajaiban Ikhlas.

Kamis, 19 November 2015

Sabar



SABAR
Allah telah menyebutkan kata-kata sabar di sembilan puluh tempat dalam Al-Qur’an, yang ditambahi tentang berbagai kebaikan dan derajat yang tinggi serta menjadikan kebaikan dan derajat ini sebagai buah dari sabar.
Firman Allah swt.,
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.” (QS. As-Sajadah : 24)
“Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka.” (QS. Al-A’raf : 137)
“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” QS. An-Nahl : 96)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar : 10)
Tidak ada suatu amalan untuk taqarrub kepada Allah melainkan pahalanya diukur dan ditimbang dari kesabaran. Karena puasa itu berangkat dari kesabaran, maka Allah berfirman, “Puasa itu bagiku dan aku memberikan pahala dari kesabaran.” Allah telah memebrikan janji kepada orang yang sabar, bahwa dia akan termasuk dalam golongan orang-orang yang sabar, yang tidak pernah dihimpun bagi orang selain mereka.
Firman Allah swt,.
“Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah : 157)
Ayat-ayat yang senada ini banyak sekali. Sedangkan dalam hadits juga telah disebutkan di dalam Ash-Shahihin, dari hadits Abu As’id r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda,
“Tidak seseorang diberi karunia yang lebih baik dan luas, selain dari kesabaran.” (HR. Bukhori dan Muslim)
“Kesabaran dalam iman itu seperti kedudukan kepala dari jasad.” (HR. Ad-Dailami)
Ketahuilah bahwa sabar itu merupakan spesifikasi yang dimiliki manusia. Tidak mungkin digambarkan bahwa kesabaran itu ada pada binatang, karena kekurangan-kekurangannya dan dominasi nafsu padanya, tanpa ada sesuatu pun yang bisa mencegah nafsu itu. Kesabaran juga tidak mungkin digambarkan pada diri malaikat, karena kesempurnaannya. Para malaikat telah diciptakan semata karena merindukan apa yang ada di sisi Allah, dan tidak diberi nafsu, sehingga mereka tidak pernah membangkang apa yang datang dari sisi-Nya.
            Sedangkan manusia diciptakan pada awal mulanya dalam keadaan layaknya binatang. Yang diciptakan pada dirinya hanyalah hawa nafsu makan yang memang sanagat dibutuhkan. Kemudian lama kelamaan muncul nafsu untuk beriman dan kepada hiasan. Kemudian muncul nafsu untuk menikah. Sementara ia belum memiliki kekuatan kesabaran. Jika akal bergerak dan menjadi kuat, maka tampaklah sumber-sumber cahaya puber pada usia puber, lalu berkembang seiring dengan perkembangannya memasuki usia baligh, sebagaimana muncul cahaya subuh yang kemudian disusul dengan terbitnya matahari yang tampak utuh.

Macam-macam Sabar:
Ketahuilah bahwa sabar itu mempunyai dua gambaran:
1.       Sabar yang bangkit dengan fisik.
Contohnaya adalah ketabahan memikul beban yang berat dengan badan, melakukan amalan-amalan yang berat dari berbagai macam ibadah atau lainnya.
2.       Sabar yang berkaitan dengan psikis dalam menghadapi hal-hal yang diminati tabiat nafsu. Gambaran kesabaran dalam menghadapi nafsu perut dan nafsu kemaluan disebut iffah (menjaga dari hal-hal yang hina). Sabar dalam peperangan disebut syaja’ah (keberanian). Sabar dalam menahan amarah disebut hilm (kemurahan hati). Sabar dalam dalam menghadapi kasusu yang mengguncangkan disebut sa’atu shadrin (lapang dada). Sabar dalam menyimpan sesuatu disebut kitmanu sirrin (menyembunyikan rahasia). Sabar dalam urusan kelebihan penghidupan disebut zuhud (menahan diri dari keduniaan). Sabar dalam menerima bagian yang sedikit disebut qanaa’ah (kepuasan).

Adab-adab Sabar:
Adab-adab kesabaran harus dipakai pada awal terjadinya goncangan, yang didasarkan kepada sabda Nabi saw.,
“Sabar itu hanya pada goncangan pertama.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Di antara adab sabar ialah al-istirja’ saat ditimpa musibah, yaitu mengucapkan “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Hal ini didasarkan kepada hadits Ummu Salamah r.a. yang ada dalam riwayat mMuslim.
Adab sabar yang lain ialah menenangkan anggota tubuh dan lidah serta boleh menangis. Sebagian orang bijak berkata. “Hai yang terguncang tidak bisa mengembalikan apa yang sudah lepas dari tangan. Tapi ringankanlah rasa kecewa.”
Diantara tanda sabar yang baik adalah tidak menampakkan pengaruh musibah terhadap orang yang terkena musibah, seperti yang dilakukan Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah, tatkala anak mereka meninggal dunia. Cerita tentang Ummu Sulaim ini sudah masyhur di dalam “Shahih Muslim.”

Obat Sabar:
1.       Banyak berpuasa dan membatasi dengan sedikit makan.
2.       Memotong segala penyebab yang membangkitkan nafsu. Nafsu itu bisa menggelagak karena pandangan mata. Pandangan tentu dengan melibatkan mata, lalu hatilah yang menggerakkan nafsu.
3.       Menghibur jiwa dengan hal-hal yang mubah dari sesuatu yang pasti disenanginya, yaitu menikah. Segala sesuatu yang diharamkan dan disenangi tabiatnya, berubah menjadi yang pasti dibutuhkannya dalam hal-hal yang mubah.

SUMBER: Ibnu Qudamah, Minhajul Qasidin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2013). hlm. 335-346.