Allah Cinta
Orang-Orang Sabar Di Tengah Bencana
Ketika kita
naik mobil angkutan umum di tengah kemacetan lalu lintas, maka kita dituntut
untuk bersabar. Kita tak boleh mencaci si sopir, apalagi membentak-bentak.
Ketika kita berdesak-desakkan di kereta api kita juga dituntut sabar. Pada saat
itu kita tidak boleh marah, kendati mungkin kaki kita terinjak.
Pantaslah jika
dalam sebuah kesempatan Nabi Muhammad SAW berpesan kepada kita untuk selalu
bersabar (tabah dan ikhlas menerima kenyataan/taqdir). Bahkan beliau
mengatakan,"Sebagian dari iman adalah sabar". Rasulullah yang mulia
sendiri, setiap ditimpa musibah apa saja, tak pernah mengeluh apalagi sampai
menyalah-nyalahkan orang lain. Entah itu pemerintah, tetangga, atau orang lain.
Anehnya, kita tak pernah menyalahkan diri kita.
Kenapa kita
diperintah untuk bersabar oleh Allah? Inilah terapi psikologis canggih yang
diberikan Allah kepada kita. Melalui sikap inilah kita disadarkan bahwa manusia
itu tak mampu mengelola hidupnya secara pasti. Dialah Allah yang mengurus
segala urusan kita. Itulah makna kita membaca Alhamdulillahi Rabbil 'alamin.
Artinya, bahwa yang mengatur segala urusan kita itu adalah Dia. Dengan
demikian, bersama sabar kita menghadapi gejolak hidup itu dengan tenang,
rileks.
Untuk menjadi seorang
penyabar tidak mudah, memang. Tapi Allah melalui ayat-ayat-Nya, baik yang kauni
maupun qauli mengajak kita untuk menjadi ash-shabirin (kelompok orang-orang
yang sabar). Lihatlah betapa sabarnya seekor unta yang berjalan di padang pasir
sembari membawa beban berat di punuknya. Simak juga kesabaran kerbau atau sapi
ketika dengan tekunnya membajak lahan-lahan persawahan. Padahal kalau Allah
mau, binatang-binatang itu menolak diperlakukan seperti itu oleh tuan-tuannya.
Kita ingat
kisah tentang robohnya kuda Suraqah bin Naufal saat mengejar-ngejar Nabi untuk
dibunuh. Kita ingat tenggelamnya Fir'aun bersama serdadunya di laut Merah
ketika mengejar-ngejar Nabi Musa dan pengikutnya. Dan kita juga ingat
selamatnya nabi Yunus dari telanan ikan hiu. Kalau saja Allah mau, tentu Nabi
Muhammad SAW sudah dibunuh Suraqah, Musa sudah dipenggal oleh algojo-algojo
Fir'aun dan Yunus tidak dikeluarkan lagi dari perut ikan buas itu.
Maka sangat
wajar bila Allah mengabadikan mereka dalam al-Qur'an sebagai al-shabirien dan
al-shadiqien, yakni orang-orang yang membenarkan ayat-ayat-Nya. Kuncinya apa?
Mereka sabar dalam menjalani hidup ini, tanpa berharap materi di dunia.
Para kekasih
Allah itu meneladani sifat Rabb mereka, Al-Shabur, salah satu al-Asma al-Husna
yang Allah miliki. Saudara-saudaraku yang dirundung derita, dan mereka yang
sedang ditimpa nestapa...........Bersabarlah, karena Allah bersama orang-orang
yang sabar.
sumber : eramuslim

Tidak ada komentar:
Posting Komentar