BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Mazmumah
Berbicara tentang akhlak, berarti
berbicara tentang keterkaitan persoalan bagaimana seseorang bertindak dan
berperilaku. Ketika perilaku itu diterima dan disenangi oleh semua orang yang
berakal sehat maka ia disebut dengan akhlak yang baik (al-akhlaq al-karimah) sedangkan perilaku yang tidak dapat diterima
dan tidak disenangi oleh semua orang berakal, menimbulkan eksistensi pada
pelaku berupa merasa berdosa, gelisah, tidak nyaman dan tidak bahagia disebut
akhlak yang tidak baik (al-akhlaq
al-mazmumah).[1]
Jadi
B. Teks dan Terjemahan Hadis
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْر حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنِ الأَعْرَجِ قَالَ قَالَ
أبـي هريرة رضـي الله عنه أن رسولـ الله صلـى الله عليه وسلم قالـ: إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ
الْحَدِيثِ ، وَلاَ تَجَسَّسُوا ، وَلاَ تَحَسَّسُوا ، ولاتناجشوا ولاتحاسدوا وَلاَ تَبَاغَضُوا ولاتدابروا وَكُونُوا عـبادالله إِخْوَانًا
(رواه البخارى)
Terjemahan:
“Telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Bukayr, telah menceritakan
kepada kami Laits dari Ja’far ibnu Rabi’ah, dari A’raj berkata, ‘berkata Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. “berhati-hatilah
kalian dari buruk sangka sebab buruk sangka itu sedusta-dusta cerita (berita) ;
jangan menyelidiki; jangan memata-matai (mengamati) hal orang lain; jangan
tawar menawar untuk menjerumuskan orang lain; jangan hasud menghasud; jangan
benci-membenci; jangan belakang membelakangi dan jadilah kalian sebagai hamba
Allah itu bersaudara”.
(HR
Bukhari).
Makna
Mufradat:
Menghindari atau menjauhi : إياكم
Prasangka/ buruk sangka : الظن
Mendengarkan perkataan
orang : تحسس
Mencari kejelekan orang
lain : تجسس
Menawar untuk
menjerumuskan : تناجش
Saling benci : تباغض
Saling belakangi : تدابر
Dalam
Q.S. Al-Hujurat: 12, Allah SWT. juga telah menjelaskan mengenai beberapa sifat
tercela seperti yang dibahas dalam hadist diatas.

“Wahai
orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan
janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di
antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat,
Maha Penyayang.”
Dapat
kita lihat bahwa sifat berburuk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain, dan
mempergunjing (ghibah) adalah sifat yang sangat tercela sehingga Allah
mengibaratkannya dengan memakan bangkai saudara kita sendiri.
C. Contoh Akhlak Mazmumah (Akhlak Tercela)
Beberapa
contoh akhlak tercela yang dijelaskan dan tidak disukai oleh Allah SWT. dalam
Al-Qur'an, diantaranya adalah:[2]
a. Berburuk sangka
(su’udzhan), yaitu berfikir atau
berprasangka yang negatif kepada seseorang, padahal belum tentu seseorang
tersebut melakukan hal yang ada dalam fikirannya. Buruk sangka di nyatakan oleh
Nabi SAW. sebagai sedusta-dustanya ucapan. Orang yang telah berburuk sangka kepada orang lain
berarti telah menganggap jelek kepadanya padahal ia tidak memiliki dasar yang
pasti benar. Buruk sangka biasanya berasal dari diri sendiri. Hal itu sangat
berbahaya karena sangat mengganggu hubungannya dengan orang yang dianggap
jelek, padahal belum tentu orang tersebut sejelek prasangkanya. Itulah sebabnya
mengapa buruk sangka sangat berbahaya, bahkan menurut sebagian ulama itu lebih
berbahaya dari pada bohong.
b. Ghibah. yaitu menceritakan
kejelekan orang lain yang apabila ia mendengarnya ia tidak suka meskipun hal
itu benar, sedangkan menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya dikategorikan
sebagai kebohongan. Ghibah sangat dilarang dalam Islam. Orang yang malakukannya
bagaikan telah memakan daging bangkai saudaranya, sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Hujurat: 12 diatas.
Kemudian dijelaskan juga dalam HR. Muslim dan HR. Abu Daud:
عن أبـي هريرة رضـي الله عنه أن رسولـ الله صلى
الله عليه وسلم قالـ : أتدرون بالغيبة؟ قالوا : الله ورسوله أعلم. قالـ : ذكرك
أخاك بمايكره قيل : أفرأيت إن كان فـى أخى ماأقولـ ؟قالـ : إن كان فيه ماتقولـ فقد
اغتبته وإن لم يكن فيه ماتقولـ فقد بهته (رواه مسـلم)
Abu
hurairah ra berkata, rasulullah saw bersabda “tahukah engkau apakah ghibah
itu?” jawab sahabat, “Allah dan
rasulullah yang lebih mengetahui”, Nabi bersabda “yaitu menyebut saudaramu
dengan apa yang tidak disukainya”, beliau ditanya ”bagaimanakah pendapat engkau
kalau itu memang ada padanya?” Jawab Nabi “kalau memang sebenarnya begitu, itulah
yang disebut ghibah, akan tetapi jikalau menyebut apa yang tidak sebenarnya
berarti kamu telah menuduhnya dengan dengan kebohongan (buhtan)”.
(HR. Muslim)
Bercerita kepadaku
Abu Bakar Ibn
Abbas dari ‘Amas
dari Said Ibn Abdillah
Ibn Juraih dari
Abi Barzah al-aslami
Abi barzah berkata Rosul Allah bersabda hai golongan
orang-orang yang beriman dengan mulutnya dan imannya tidak sampai dihatinya
janganlah kalian semua ghibah terhadap orang muslim dan janganlah kalian semua
mengurai kekurangan mereka sesungguhnya barang siapa mengurai kekurangan
mereka maka Allah
akan mengurai kekuranganmu
dan barang siapa yang
kekurangannya diurai oleh
Allah maka Allah
akan menghina dirumahnya. (HR.
Abu Dawud).
Allah sangat tidak
menyukai sifat ghibah yakni menyebutkan keburukan seseorang juga kebaikannya
jika ia tidak suka meskipun itu adalah sebuah kebenaran. Ibnu Katsir
menjelaskan, ghibah adalah haram berdasarkan ijma’, tidak ada pengecualiannya
selain untuk maslahat yang kuat seperti jarh-ta’dil
dan nasihat.[3]
“Dari Abu
Hurairah r.a. dari nabi SAW beliau bersabda: “ Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih).
c. Mencari-cari kesalahan orang lain.
Islam sangat melarang manusia untuk mencari-cari aib saudaranya dan berniat mengumbarkannya
kepada orang lain. Allah SWT. akan menutupi aib bagi para hamba-Nya yang
menutupi aib saudaranya. maka celakalah bagi mereka yang gemar mengumbar aib
saudaranya, apalagi mengumbar aib ia sendiri padahal Allah SWT. menutupinya.
Sifat ini akan berdampak pada pertikaian dan perkelahian apabila yang memiliki
aib tahu bahwa aibnya diumbar.
d. Adu Domba (Namimah) yaitu membawa omongan ataupun berita dari
seseorang kepada orang lain dengan maksud menimbulkan permusuhan dan perpecahan
diantara mereka. Pada zaman sekarang, orang yang suka mengadu domba dikenal
sebagai “provokator”. Imam
Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad
meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid ra. Bahwa nabi SAW. Bersabda:
“maukah kuberitahukan kepada kalian
orang-orang yang paling buruk di antara kalian. Yaitu orang-orang yang suka
berjalan kesana kemari untuk menyebar fitnah (mengadu domba), yang suka memisahkan
orang-orang yang saling mencintai, yang suka mencari keuntungan pada
orang-orang yang tidak berdosa.” (HR. Bukhori dalam kitab Al-‘adab
Al-Mufrad, 323 dan Ahmad, 6/459).
“tidak akan masuk syurga orang yang suka
mengadu domba” (HR. Muslim).
“dari Ibnu Mas’ud ra. Meriwayatkan bahwa Nabi
SAW. Bersabda, “maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu kebohongan besar?
Ialah Namimah; banyak bicara diantara manusia” (HR. Muslim)
e. Kikir,
yaitu menahan harta pada waktu yang tidak seharusnya ditahan. Enggan mendermakan
hartanya karena takut akan habis hartanya. Dijelaskan dalam Q.S. Al-Israa’-29,
Q.S. Ali Imraan: 180, dan HR. Muslim.
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya[852] karena itu kamu
menjadi tercela dan menyesal.” (Q.S. Al-Israa’-29)
“Sekali-kali janganlah orang-orang
yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya
menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah
buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di
lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di
langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.
Ali Imraan: 180).
[رواه المسلم] اتقوا الشح ، فانه اهلك من كان قبلكم
“Jauhilah
kekikiran. Sesungguhnya kekikiran itu telah membinasakan (umat-umat) sebelum
kamu.” (HR. Muslim).
f.
Dengki,
yaitu membenci nikmat yang Allah dianugerahkan
kepada orang lain dengan keinginan agar nikmat orang lain terhapus. Dijelaskan
dalam Q.S. Al-Falaaq: 1-5, Q.S. Al-baqarah: 109, Q.S. An-Nisaa: 54, dan hadis
yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra.
“ataukah mereka dengki kepada manusia
(Muhammad) lantaran karunia[311] yang Allah telah berikan
kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga
Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (Q.S. An-Nisaa: 54).
“Diriwayatkan
dari Anas bin Malik r.a Dia telah berkata: Sesungguhnya Rosulullah SAW telah
bersabda: “ janganlah kamu saling benci membenci, dengki mendengki dan sindir
menyindir. Jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang
muslim haram memutuskan (tidak bertegur sapa karena marah) saudaranya lebih
dari 3 hari”
g. Berlebihan dan boros. Israf atau berlebihan adalah melampaui
batas dalam melakukan tindakan apapun dan boros atau tabdzir adalah menyia-nyiakan serta menghambur-hamburkan harta
bukan pada tempatnya. Dijelaskan dalam Q.S. Al-A’raf: 31 dan Q.S. Al-Israa’:
26-27.
“… makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A’raf: 31).
“… dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”( Q.S.
Al-Israa’: 26-27).
h. Aniaya (dzalim). Para
ulama membagi aniaya menjadi tiga jenis, yaitu aniaya terhadap Tuhan, aniaya
terhadap diri sendiri dan aniaya terhadap orang lain. Dijelaskan dalam Q.S.
Yunus: 54, Q.S. Asy-Syuara: 227, dan Q.S. Al-An’am: 82.
“Dan
kalau setiap orang yang zalim itu (mempunyai) segala yang ada di bumi, tentu
dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika
mereka telah menyaksikan azab itu. Kemudian diberi keputusan di antara mereka
dengan adil, dan mereka tidak dizalimi.”
(Q.S. Yunus: 54).
“kecuali
orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak
menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan
orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan
kembali.” (Q.S. Asy-Syuara: 227).
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S.
Al-An’am: 82).
i.
Terbujuk,
yaitu orang yang terjebak oleh
syaitan, dunia, harta, kedudukan (tahta), ketenaran atau sesama manusia itu
sendiri sehingga ia lalai dari kebenaran. Q.S. Al-Hadid: 20, Q.S. Fathir: 5,
dan HR. Ahmad.
“Ketahuilah,
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan,
perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan
anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari
Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang
palsu”. (Q.S. Al-Hadid: 20)
“Wahai
manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia
memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu
tentang Allah.” (Q.S. Fathir: 5).
j.
Memperturutkan
hawa nafsu dan syahwat.
Dijelaskan dalam Q.S. Al-Jatsiyah: 23, Q.S. Al-Qashash: 50, dan Ali Imraan: 14.
“Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan
Allah Membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya,** dan Allah telah Mengunci
pendengaran dan hatinya serta Meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka
siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (Membiarkannya sesat)?
Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Q.S.
Al-Jatsiyah: 23)
“…
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa
mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim.” (Q.S.
Al-Qashash: 50)
“Dijadikan
terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa
perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas
dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”
(Ali Imraan: 14).
k. Khianat dan munafik.
Khianat berhubungan dengan masalah janji dan amanat (amanat) sedangkan munafik
berhubungan dengan agama dan keyakinan. Dijelaskan Q.S. An-Nisaa’ 105-109, Al-Anfaal:
58 dan hadis Riwayat An-Nasa’i.
“Dan
jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu
golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang
jujur. Sungguh, Allah tidak Menyukai orang yang berkhianat.”
(Al-Anfaal: 58).
Dari
Abu Hurairah, ia berkaat bahwa Rasulullah SAW. Bersabda “ ada empat orang yang
dibenci oleh Allah: penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang sombong,
orang tua pezina dan pemimpin yang melenceng” (HR. An-Nasa’i)
l.
Sombong
dan membanggakan diri. Sombong
adalah memandang dan menganggap diri lebih diatas, lebih benar dan lebih tinggi
dari yang lain sedangkan membanggakan diri (ujub)
adalah cabang dari kesombongan. Ia merasa mampu menyelesaikan apapun sendiri
dan bangga terhadap apa dimilikinya dengan kadar berlebihan.[4]
Dijelaskan dalam Q.S. An-Nisaa: 36 dan HR. Muslim.
“…Sungguh,
Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,”
(Q.S. An-Nisaa: 36).
“tidak akan masuk syurga
orang yang di dalam hatinya ada rasa sombong, sekalipun seberat dzarrah(atom)”
HR. Muslim.
D. Cara Menyampaikan Hadis Tentang Menghindari Akhlak
Tercela didalam Pendidikan
Sebagai calon pendidik, sudah semestinya
kita mengajarkan kepada peserta didik untuk menghindari akhlak tercela yang
telah dibahas di atas. Q.S. Al-Hujurat: 12 adalah salah satu dari sekian banyak
firman Allah SWT. yang menjelaskan tentang akhlak. Ayat tersebut memberikan
pengertian kepada kita bahwa umat islam sangat menjunjung tinggi persaudaraan
dan kehormatan setiap manusia. Maka dari itu perlu ditanamkan akhlak terpuji
pada peserta didik dan hikmah menjauhi akhlak tercela.
Metode
nasehat juga dapat
digunakan pendidik untuk
memberikan penjelasan kepada anak
didik tentang pentingnya
menjunjung kehormatan kaum Muslimin
agar terciptanya kehidupan
yang harmonis. Pendidik
juga dapat memperkuat penjelasan
tersebut dengan memberikan
penjelasan tentang dampak
negatif dari orang
tidak menjunjung kehormatan
kaum Muslimin, di antaranya
akan dijauhi oleh
teman-teman, menimbulkan perpecahan
dan pertengkaran serta jauh dari rahmat Allah SWT.
Dalam
lingkungan keluarga, sikap
saling menghormati dan nilai-nilai akhlak mulia harus diterapkan
melalui metode keteladanan karena pendidikan keluarga merupakan pendidikan
pertama kali yang dirasakan dan
menyentuh jiwa anak. Sebagai contoh seorang
anak yang sehari-harinya biasa
melihat ibu berdusta
maka sulit bagi
anak menjadi orang yang
jujur. Demikian pula
seorang anak yang
sehari-harinya biasa melihat ayahnya
mengolok-olok, mencela, menggunjing
dan memanggil ibunya dengan
kecacatan yang ada
pada ibunya maka sulit
bagi anak menjadi
orang yang menghormati orang lain.
E. Cara Menghindari Akhlak Mazmumah dan Hikmahnya
Beberapa
cara menghindari akhlak tercela adalah sebagai berikut:
1. Selalu
mengingat Allah SWT. Rasulullah SAW. Bersabda:
Dari Abu dzar, jundub bin
Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal ra. Dari Rasulullah SAW.
Bersabda, “bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada dan susullah
sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan
bergaullah sesame manusia dengan akhlak yang baik”.
(HR. Tirmidzi).
2. Menyadari
bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan kepada akhiratlah kita akan
kekal abadi sehingga apapun yang kita lakukan akan dimintai pertanggung
jawaban.
3. Senantiasa
berdzikir dan memohon ampun kepada Allah SWT.
4. Bergaul
dnegan orang-orang yang shaleh dan yang bisa membuat kita senantiasa dekat
kepada Allah SWT.
5. Menjauhkan
diri dari tempat-tempat maksiat.
6. Senantiasa
meneladani sifat Rasulullah SAW. Dan para sahabat.
Hikmah dari menghindari akhlak tercela
antara lain:
1. Mempertebal
keimanan. Akhlak adalah tiang pembangunan umat.
2. Menambah
kenikmatan dan semakin giat beribadah kepada Allah SWT.
3. Hati
menjadi tenang, nyaman dan bahagia.
4. Terhindar
dari pertikaian, pertengkaran dan permusuhan.
5. Tidak
dihantui rasa berdosa dan bersalah.
6. Siapapun
akan menyukai orang-orang yang menjauhkan dirinya dari akhlak tercela.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa akhlak tercela sangat
berbahaya baaik bagi diri pribadi maupun kepada orang lain. Allah SWT. sangat
tidak menyukai sifat tercela sepert berburuk sangka yang diumpamakan dengan
seburuk-buruknya cerita, mencari kesalahan atau keburukan orang lain, ghibah
yang diibaratkan seperti memakan bangkai saudara sendiri, dan lain-lain. Islam
sangat menjunjung tinggi hak dan kehormatan setiap masing-masing manusia. Islam
mengajarkan agar saling mengasihi antar saudara dan menjaga nama baik satu
dengan yang lainnya. Tidak sedikit tauladan Rasulullah yang mengaajrkan kita
untuk mnejauhi akhlak mazmumah atau akhlak tercela.
Eksistensi
dari sifat tercela adalah jauhnya diri dari rahmat Allah SWT., terjadi pertikaian
dan permusuhan, hiudp menjadi tidak tenang, tidak nyaman, tidak bahagia, dan
dihantui rasa dosa serta rasa bersalah. Namun, apabila hatinya telah ditutup
oleh Allah SWT. maka ia tidak akan diselimuti rasa bersalah. Maka dari itu,
sudah semestinya para orang tua dan pendidik menanamkan akhlak terpuji bagi
anak agar mereka bisa menjadi pribadi yang positif serta menjelaskan dampak
buruk dari akhlak tercela. Nilai-nilai negatif dari akhlak tercela dapat
dijelaskan melalui keteladanan dan pembiasaan sehingga anak akan menjadi sosok
yang dekat kepada Rabb nya, memiliki jiwa yang tenang, nyaman serta perdamaian
dalam bersaudara.
B.
SARAN
Manusia adalah makhluk yang Allah
anugerahi hati nurani dan nafsu sehingga apabila ia menggunakan akal dan
hatinya dalam berbuat maka ia akan lebih mulia derajatnya dibandingkan para
malaikat, namun apabila ia memperturutkan hawa nafsu dan kodratnya melakukan
kesalahan maka derajatnya akan lebih rendah dari hewan. Salah satu cara agar
kita mulia dihadapan Allah SWT. adalah dengan menjauhi akhlak tercela. Maka
dari itu, semoga kita semua mampu menanamkan akhlak terpuji dalam diri kita
masing-masing karena kelak kita akan menjadi figure yang ditiru oleh anak didik kita. Selain itu, hidup dalam
keberkahan dan ketenangan dalam mengingatNya adalah tujuan terpenting dalam
kehidupan kita.
[1]
Amril, Akhlak Tasawuf (Bandung:
Refika Aditama, 2015), hal. 89.
[2]
Ummu Yasmin, Agenda Muslimah
(Surakarta: Media Insani Publishing, 2012) cet-42, hal. 38-40.
[3]
Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Riyadhus
Shalihin dan Penjelasannya (Jakarta: Ummul Qura, 2014) hal. 882.
[4]
Ma’rifatullah, Aku melihat Syurga di
Dunia (Jakarta: Gen Mirqat, 2011) hal. 71-72.
