Kamis, 21 Januari 2016

AKHLAK MAZMUMZH


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akhlak Mazmumah

Berbicara tentang akhlak, berarti berbicara tentang keterkaitan persoalan bagaimana seseorang bertindak dan berperilaku. Ketika perilaku itu diterima dan disenangi oleh semua orang yang berakal sehat maka ia disebut dengan akhlak yang baik (al-akhlaq al-karimah) sedangkan perilaku yang tidak dapat diterima dan tidak disenangi oleh semua orang berakal, menimbulkan eksistensi pada pelaku berupa merasa berdosa, gelisah, tidak nyaman dan tidak bahagia disebut akhlak yang tidak baik (al-akhlaq al-mazmumah).[1] Jadi


B.     Teks dan Terjemahan Hadis

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْر حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنِ الأَعْرَجِ قَالَ قَالَ أبـي هريرة رضـي الله عنه أن رسولـ الله صلـى الله عليه وسلم قالـ: إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ ، وَلاَ تَجَسَّسُوا ، وَلاَ تَحَسَّسُوا ، ولاتناجشوا ولاتحاسدوا وَلاَ تَبَاغَضُوا ولاتدابروا وَكُونُوا عـبادالله إِخْوَانًا (رواه البخارى)
Terjemahan:
Telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Bukayr, telah menceritakan kepada kami Laits dari Ja’far ibnu Rabi’ah, dari A’raj berkata, ‘berkata Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. “berhati-hatilah kalian dari buruk sangka sebab buruk sangka itu sedusta-dusta cerita (berita) ; jangan menyelidiki; jangan memata-matai (mengamati) hal orang lain; jangan tawar menawar untuk menjerumuskan orang lain; jangan hasud menghasud; jangan benci-membenci; jangan belakang membelakangi dan jadilah kalian sebagai hamba Allah  itu bersaudara”. (HR Bukhari).
Makna Mufradat:
Menghindari atau menjauhi                :           إياكم
Prasangka/ buruk sangka                    :           الظن
Mendengarkan perkataan orang          :           تحسس
Mencari kejelekan orang lain              :           تجسس
Menawar untuk menjerumuskan         :           تناجش
Saling benci                                        :           تباغض
Saling belakangi                                  :           تدابر
Dalam Q.S. Al-Hujurat: 12, Allah SWT. juga telah menjelaskan mengenai beberapa sifat tercela seperti yang dibahas dalam hadist diatas.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Dapat kita lihat bahwa sifat berburuk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain, dan mempergunjing (ghibah) adalah sifat yang sangat tercela sehingga Allah mengibaratkannya dengan memakan bangkai saudara kita sendiri.

C.    Contoh Akhlak Mazmumah (Akhlak Tercela)

Beberapa contoh akhlak tercela yang dijelaskan dan tidak disukai oleh Allah SWT. dalam Al-Qur'an, diantaranya adalah:[2]
a.       Berburuk sangka (su’udzhan), yaitu berfikir atau berprasangka yang negatif kepada seseorang, padahal belum tentu seseorang tersebut melakukan hal yang ada dalam fikirannya. Buruk sangka di nyatakan oleh Nabi SAW. sebagai sedusta-dustanya ucapan. Orang  yang telah berburuk sangka kepada orang lain berarti telah menganggap jelek kepadanya padahal ia tidak memiliki dasar yang pasti benar. Buruk sangka biasanya berasal dari diri sendiri. Hal itu sangat berbahaya karena sangat mengganggu hubungannya dengan orang yang dianggap jelek, padahal belum tentu orang tersebut sejelek prasangkanya. Itulah sebabnya mengapa buruk sangka sangat berbahaya, bahkan menurut sebagian ulama itu lebih berbahaya dari pada bohong. 

b.       Ghibah. yaitu menceritakan kejelekan orang lain yang apabila ia mendengarnya ia tidak suka meskipun hal itu benar, sedangkan menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya dikategorikan sebagai kebohongan. Ghibah sangat dilarang dalam Islam. Orang yang malakukannya bagaikan telah memakan daging bangkai saudaranya, sebagaimana firman Allah  SWT. dalam Q.S. Al-Hujurat: 12 diatas. Kemudian dijelaskan juga dalam HR. Muslim dan HR. Abu Daud:
عن أبـي هريرة رضـي الله عنه أن رسولـ الله صلى الله عليه وسلم قالـ : أتدرون بالغيبة؟ قالوا : الله ورسوله أعلم. قالـ : ذكرك أخاك بمايكره قيل : أفرأيت إن كان فـى أخى ماأقولـ ؟قالـ : إن كان فيه ماتقولـ فقد اغتبته وإن لم يكن فيه ماتقولـ فقد بهته (رواه مسـلم)   
Abu hurairah ra berkata, rasulullah saw bersabda “tahukah engkau apakah ghibah itu?” jawab sahabat, “Allah  dan rasulullah yang lebih mengetahui”, Nabi bersabda “yaitu menyebut saudaramu dengan apa yang tidak disukainya”, beliau ditanya ”bagaimanakah pendapat engkau kalau itu memang ada padanya?” Jawab Nabi “kalau memang sebenarnya begitu, itulah yang disebut ghibah, akan tetapi jikalau menyebut apa yang tidak sebenarnya berarti kamu telah menuduhnya dengan dengan kebohongan (buhtan)”. (HR. Muslim)
Bercerita  kepadaku  Abu  Bakar  Ibn  Abbas  dari  ‘Amas  dari  Said  Ibn Abdillah  Ibn  Juraih  dari  Abi  Barzah  al-aslami  Abi  barzah  berkata Rosul Allah bersabda hai golongan orang-orang yang beriman dengan mulutnya dan imannya tidak sampai dihatinya janganlah kalian semua ghibah terhadap orang muslim dan janganlah kalian semua mengurai kekurangan mereka sesungguhnya barang siapa mengurai kekurangan mereka  maka  Allah  akan  mengurai  kekuranganmu  dan  barang  siapa yang  kekurangannya  diurai  oleh  Allah  maka  Allah   akan  menghina dirumahnya. (HR. Abu Dawud).
Allah sangat tidak menyukai sifat ghibah yakni menyebutkan keburukan seseorang juga kebaikannya jika ia tidak suka meskipun itu adalah sebuah kebenaran. Ibnu Katsir menjelaskan, ghibah adalah haram berdasarkan ijma’, tidak ada pengecualiannya selain untuk maslahat yang kuat seperti jarh-ta’dil dan nasihat.[3]
“Dari Abu Hurairah r.a. dari nabi SAW beliau bersabda: “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih).

c.       Mencari-cari kesalahan orang lain. Islam sangat melarang manusia untuk mencari-cari aib saudaranya dan berniat mengumbarkannya kepada orang lain. Allah SWT. akan menutupi aib bagi para hamba-Nya yang menutupi aib saudaranya. maka celakalah bagi mereka yang gemar mengumbar aib saudaranya, apalagi mengumbar aib ia sendiri padahal Allah SWT. menutupinya. Sifat ini akan berdampak pada pertikaian dan perkelahian apabila yang memiliki aib tahu bahwa aibnya diumbar.

d.      Adu Domba (Namimah) yaitu membawa omongan ataupun berita dari seseorang kepada orang lain dengan maksud menimbulkan permusuhan dan perpecahan diantara mereka. Pada zaman sekarang, orang yang suka mengadu domba dikenal sebagai “provokator”. Imam Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid ra. Bahwa nabi SAW. Bersabda:
maukah kuberitahukan kepada kalian orang-orang yang paling buruk di antara kalian. Yaitu orang-orang yang suka berjalan kesana kemari untuk menyebar fitnah (mengadu domba), yang suka memisahkan orang-orang yang saling mencintai, yang suka mencari keuntungan pada orang-orang yang tidak berdosa.” (HR. Bukhori dalam kitab Al-‘adab Al-Mufrad, 323 dan Ahmad, 6/459).
tidak akan masuk syurga orang yang suka mengadu domba” (HR. Muslim).
dari Ibnu Mas’ud ra. Meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Bersabda, “maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu kebohongan besar? Ialah Namimah; banyak bicara diantara manusia” (HR. Muslim)

e.       Kikir, yaitu menahan harta pada waktu yang tidak seharusnya ditahan. Enggan mendermakan hartanya karena takut akan habis hartanya. Dijelaskan dalam Q.S. Al-Israa’-29, Q.S. Ali Imraan: 180, dan HR. Muslim.

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya[852] karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Q.S. Al-Israa’-29)

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Ali Imraan: 180).
 [رواه المسلم] اتقوا الشح ، فانه اهلك من كان قبلكم
Jauhilah kekikiran. Sesungguhnya kekikiran itu telah membinasakan (umat-umat) sebelum kamu.” (HR. Muslim).

f.        Dengki, yaitu membenci nikmat yang Allah dianugerahkan kepada orang lain dengan keinginan agar nikmat orang lain terhapus. Dijelaskan dalam Q.S. Al-Falaaq: 1-5, Q.S. Al-baqarah: 109, Q.S. An-Nisaa: 54, dan hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra.
 “ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia[311] yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (Q.S. An-Nisaa: 54).
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a Dia telah berkata: Sesungguhnya Rosulullah SAW telah bersabda: “ janganlah kamu saling benci membenci, dengki mendengki dan sindir menyindir. Jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim haram memutuskan (tidak bertegur sapa karena marah) saudaranya lebih dari 3 hari”
g.      Berlebihan dan boros. Israf atau berlebihan adalah melampaui batas dalam melakukan tindakan apapun dan boros atau tabdzir adalah menyia-nyiakan serta menghambur-hamburkan harta bukan pada tempatnya. Dijelaskan dalam Q.S. Al-A’raf: 31 dan Q.S. Al-Israa’: 26-27.
… makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A’raf: 31).

… dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”( Q.S. Al-Israa’: 26-27).

h.      Aniaya (dzalim). Para ulama membagi aniaya menjadi tiga jenis, yaitu aniaya terhadap Tuhan, aniaya terhadap diri sendiri dan aniaya terhadap orang lain. Dijelaskan dalam Q.S. Yunus: 54, Q.S. Asy-Syuara: 227, dan Q.S. Al-An’am: 82.
“Dan kalau setiap orang yang zalim itu (mempunyai) segala yang ada di bumi, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. Kemudian diberi keputusan di antara mereka dengan adil, dan mereka tidak dizalimi.” (Q.S. Yunus: 54).

“kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (Q.S. Asy-Syuara: 227).

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. Al-An’am: 82).

i.        Terbujuk, yaitu orang yang terjebak oleh syaitan, dunia, harta, kedudukan (tahta), ketenaran atau sesama manusia itu sendiri sehingga ia lalai dari kebenaran. Q.S. Al-Hadid: 20, Q.S. Fathir: 5, dan HR. Ahmad.
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu”. (Q.S. Al-Hadid: 20)

“Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (Q.S. Fathir: 5).

j.        Memperturutkan hawa nafsu dan syahwat. Dijelaskan dalam Q.S. Al-Jatsiyah: 23, Q.S. Al-Qashash: 50, dan Ali Imraan: 14.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah Membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya,** dan Allah telah Mengunci pendengaran dan hatinya serta Meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (Membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Jatsiyah: 23)

“… siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Qashash: 50)

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik” (Ali Imraan: 14).

k.      Khianat dan munafik. Khianat berhubungan dengan masalah janji dan amanat (amanat) sedangkan munafik berhubungan dengan agama dan keyakinan. Dijelaskan Q.S. An-Nisaa’ 105-109, Al-Anfaal: 58 dan hadis Riwayat An-Nasa’i.
“Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh, Allah tidak Menyukai orang yang berkhianat.” (Al-Anfaal: 58).

Dari Abu Hurairah, ia berkaat bahwa Rasulullah SAW. Bersabda “ ada empat orang yang dibenci oleh Allah: penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang sombong, orang tua pezina dan pemimpin yang melenceng” (HR. An-Nasa’i)
l.        Sombong dan membanggakan diri. Sombong adalah memandang dan menganggap diri lebih diatas, lebih benar dan lebih tinggi dari yang lain sedangkan membanggakan diri (ujub) adalah cabang dari kesombongan. Ia merasa mampu menyelesaikan apapun sendiri dan bangga terhadap apa dimilikinya dengan kadar berlebihan.[4] Dijelaskan dalam Q.S. An-Nisaa: 36 dan HR. Muslim.
“…Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,” (Q.S. An-Nisaa: 36).
“tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya ada rasa sombong, sekalipun seberat dzarrah(atom)” HR. Muslim.

D.    Cara Menyampaikan Hadis Tentang Menghindari Akhlak Tercela didalam Pendidikan

Sebagai calon pendidik, sudah semestinya kita mengajarkan kepada peserta didik untuk menghindari akhlak tercela yang telah dibahas di atas. Q.S. Al-Hujurat: 12 adalah salah satu dari sekian banyak firman Allah SWT. yang menjelaskan tentang akhlak. Ayat tersebut memberikan pengertian kepada kita bahwa umat islam sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan kehormatan setiap manusia. Maka dari itu perlu ditanamkan akhlak terpuji pada peserta didik dan hikmah menjauhi akhlak tercela. 
Metode  nasehat  juga  dapat  digunakan  pendidik  untuk  memberikan penjelasan  kepada  anak  didik  tentang  pentingnya  menjunjung  kehormatan  kaum Muslimin  agar  terciptanya  kehidupan  yang  harmonis.  Pendidik  juga dapat  memperkuat  penjelasan  tersebut  dengan  memberikan  penjelasan tentang dampak  negatif  dari  orang  tidak  menjunjung  kehormatan  kaum  Muslimin,  di antaranya  akan  dijauhi  oleh  teman-teman,  menimbulkan  perpecahan  dan pertengkaran serta jauh dari rahmat Allah SWT.
Dalam  lingkungan  keluarga, sikap saling  menghormati  dan nilai-nilai akhlak mulia harus diterapkan melalui metode keteladanan karena pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama kali  yang dirasakan dan menyentuh jiwa anak. Sebagai contoh seorang  anak  yang  sehari-harinya  biasa  melihat  ibu  berdusta  maka  sulit  bagi  anak menjadi  orang  yang  jujur.  Demikian  pula  seorang  anak  yang  sehari-harinya  biasa melihat  ayahnya  mengolok-olok,  mencela,  menggunjing  dan  memanggil  ibunya dengan  kecacatan  yang  ada  pada  ibunya maka  sulit  bagi  anak  menjadi  orang yang menghormati orang lain.

E.     Cara Menghindari Akhlak Mazmumah dan Hikmahnya

Beberapa cara menghindari akhlak tercela adalah sebagai berikut:
1.      Selalu mengingat Allah SWT. Rasulullah SAW. Bersabda:
Dari Abu dzar, jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal ra. Dari Rasulullah SAW. Bersabda, “bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesame manusia dengan akhlak yang baik”. (HR. Tirmidzi).
2.      Menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan kepada akhiratlah kita akan kekal abadi sehingga apapun yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawaban.
3.      Senantiasa berdzikir dan memohon ampun kepada Allah SWT.
4.      Bergaul dnegan orang-orang yang shaleh dan yang bisa membuat kita senantiasa dekat kepada Allah SWT.
5.      Menjauhkan diri dari tempat-tempat maksiat.
6.      Senantiasa meneladani sifat Rasulullah SAW. Dan para sahabat.

Hikmah dari menghindari akhlak tercela antara lain:
1.      Mempertebal keimanan. Akhlak adalah tiang pembangunan umat.
2.      Menambah kenikmatan dan semakin giat beribadah kepada Allah SWT.
3.      Hati menjadi tenang, nyaman dan bahagia.
4.      Terhindar dari pertikaian, pertengkaran dan permusuhan.
5.      Tidak dihantui rasa berdosa dan bersalah.
6.      Siapapun akan menyukai orang-orang yang menjauhkan dirinya dari akhlak tercela.




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa akhlak tercela sangat berbahaya baaik bagi diri pribadi maupun kepada orang lain. Allah SWT. sangat tidak menyukai sifat tercela sepert berburuk sangka yang diumpamakan dengan seburuk-buruknya cerita, mencari kesalahan atau keburukan orang lain, ghibah yang diibaratkan seperti memakan bangkai saudara sendiri, dan lain-lain. Islam sangat menjunjung tinggi hak dan kehormatan setiap masing-masing manusia. Islam mengajarkan agar saling mengasihi antar saudara dan menjaga nama baik satu dengan yang lainnya. Tidak sedikit tauladan Rasulullah yang mengaajrkan kita untuk mnejauhi akhlak mazmumah atau akhlak tercela.
Eksistensi dari sifat tercela adalah jauhnya diri dari rahmat Allah SWT., terjadi pertikaian dan permusuhan, hiudp menjadi tidak tenang, tidak nyaman, tidak bahagia, dan dihantui rasa dosa serta rasa bersalah. Namun, apabila hatinya telah ditutup oleh Allah SWT. maka ia tidak akan diselimuti rasa bersalah. Maka dari itu, sudah semestinya para orang tua dan pendidik menanamkan akhlak terpuji bagi anak agar mereka bisa menjadi pribadi yang positif serta menjelaskan dampak buruk dari akhlak tercela. Nilai-nilai negatif dari akhlak tercela dapat dijelaskan melalui keteladanan dan pembiasaan sehingga anak akan menjadi sosok yang dekat kepada Rabb nya, memiliki jiwa yang tenang, nyaman serta perdamaian dalam bersaudara.
B.     SARAN
Manusia adalah makhluk yang Allah anugerahi hati nurani dan nafsu sehingga apabila ia menggunakan akal dan hatinya dalam berbuat maka ia akan lebih mulia derajatnya dibandingkan para malaikat, namun apabila ia memperturutkan hawa nafsu dan kodratnya melakukan kesalahan maka derajatnya akan lebih rendah dari hewan. Salah satu cara agar kita mulia dihadapan Allah SWT. adalah dengan menjauhi akhlak tercela. Maka dari itu, semoga kita semua mampu menanamkan akhlak terpuji dalam diri kita masing-masing karena kelak kita akan menjadi figure yang ditiru oleh anak didik kita. Selain itu, hidup dalam keberkahan dan ketenangan dalam mengingatNya adalah tujuan terpenting dalam kehidupan kita.




[1] Amril, Akhlak Tasawuf (Bandung: Refika Aditama, 2015), hal. 89.
[2] Ummu Yasmin, Agenda Muslimah (Surakarta: Media Insani Publishing, 2012) cet-42, hal. 38-40.
[3] Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Riyadhus Shalihin dan Penjelasannya (Jakarta: Ummul Qura, 2014) hal. 882.
[4] Ma’rifatullah, Aku melihat Syurga di Dunia (Jakarta: Gen Mirqat, 2011) hal. 71-72.

PENDIDIKAN VOKASI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak ibarat kertas putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orangtua sangatlah vital. Karena melalui orangtualah, anak akan menjadi manusia yang baik atau tidak.Rasulullah SAW, sebagai teladan paripurna, telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak. Dan hal yang paling penting adalah keteladanan dalam melakukan hal-hal yang utama. Inilah yang harus dilakukan orangtua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan, tapi yang lebih penting adalah memberikan contoh konkret. Secara simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan, dan masyarakat.
Pendidikan Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian secara Islami. Semua itu dilakukan dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan Islam di dalam masyarakat tempat ia tinggal. Dan lembaga pendidikan Islam paling dini adalah orangtua dan keluarga, yang berperan sebagai madrasah pertama dalam kehidupan individu.
Seorang anak menjalankan seluruh kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, maka keluarga sangat bertanggung jawab dalam mengajari anak tentang berbagai macam perilaku Islami. Keluarga juga bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai pendidikan sosial yang baik.
Dalam makalah ini terdapat beberapa teladan buat kita semua. Yaitu cara-cara mendidik kesehatan anak yang dilakukan oleh Rasululah Nabi Muhammad SAW. Banyak orangtua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan agama pada anak-anaknya sehingga mereka hidup tanpa tuntunan. Padahal agama memberikan panduan lengkap mendidik anak. Lewat makalah ini kami akan memberikan gambaran jelas tentang cara mendidik kesehatan anak ala Rasullulah SAW.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hadis Tentang Pendidikan Vokasi
حَدَثنَا أَبُوْ بَكْرِ الطَلَحِي , حَدَثنَا أَحْمَد ابن حَمَاد بن سُفْيَان , حَدَثنَا عَمْرُو بن عثمان الحمصىي , حدثنا ابن عياش , عن سليم بن عمرو الأنصاري , عن عم أبيه , عن بكر بن عبد الله بن ربيع الأنصاري , قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : " : عَلِّمُوا أَبْنَاءَكُمْ السِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ، وَنِعْمَ لَهْوُ المُؤْمِنَةِ فِي بَيْتِهَا المِغْزلِ، وَإِذَا دَعَاكَ أَبَوَاكَ فَأَجِبْ أُمَّكَ "
Artinya :
Menceritakan kepada kami Abu Bakar Atthalahi dari Ahmad bin Hamad bin Sofyan , dari amru bin usman alhimsi dari ibnu i’yasy dari sulaiman bin amru al-anshari dari paman ayahnya dari Bakar bin Abdillah bin Rabi’ al-anshari berkata :berkata Rasulullah SAW. “ajarilah anak anakmu berenang dan melempar lembing, termasuk juga perempuan perempuan di rumahnya menenun, dan apabila kedua orangtuamu memanggil maka utamakan ibumu. (HR. Ath-Thahawi).

Rasulullah pun pernah berkata melalui haditsnya tentang olahraga panah,
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ : « إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُدْخِلُ بِالسَّهْمِ الْوَاحِدِ ثَلاَثَةَ نَفَرٍ الْجَنَّةَ : صَانِعَهُ يَحْتَسِبُ فِى صَنْعَتِهِ الْخَيْرَ وَالرَّامِىَ بِهِ وَمُنْبِلَهُ وَارْمُوا وَارْكَبُوا وَأَنْ تَرْمُوا أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا لَيْسَ مِنَ اللَّهْوِ إِلاَّ ثَلاَثٌ : تَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ وَمُلاَعَبَتُهُ أَهْلَهُ وَرَمْيُهُ بِقَوْسِهِ وَنَبْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ الرَّمْىَ بَعْدَ مَا عَلِمَهُ رَغْبَةً عَنْهُ فَإِنَّهَا نِعْمَةٌ تَرَكَهَا ». أَوْ قَالَ : « كَفَرَهَا ».
Dari ‘Uqbah bin ‘Amr berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT akan memasukan tiga kelompok ke dalam Sorga karena sebab panah satu, yaitu pembuat panah yang mengharapkan kebaikan dari panah buatannya, pemanah dan pelontar anak panah, maka memanahlah dan naikilah (kuda) kalian semuanya, adapaun memanah lebih aku sukai dari pada naik kuda. Bukanlah suatu lahw kecuali pada tiga hal; Seorang yang mengajari kudanya, permainannya terhadap istrinya dan permainan busur dan anak panahnya, barang siapa meninggalkan olahraga panah setelah mempelajarinya karena benci maka (ketahuilah) bahwa sesungguhnya ia adalah suatu nikmat yang telah dia tinggalkan’ atau Nabi berkata ‘yang telah ia kufuri.’ (HR. Abu Daud)[1]

B.     Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup ( Life Skill)
Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Dengan cara ini, pendidikan akan lebih realistis, lebih kontekstual, tidak akan mencabut peserta didik dari akarnya, sehingga pendidikan akan lebih bermakna bagi peserta didik dan akan tumbuh subur. Seseoarang dikatakan memiliki kecakapan hidup apabila yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kehidupan yang dimaksud meliputi kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan tetangga, kehidupan masyarakat, kehidupan perusahaan, kehidupan bangsa, dan kehidupan-kehidupan yang lainnya.
Ciri kehidupan adalah perubahan, dan perubahan selalu menuntut kecakapan-kecakapan untuk menghadapinya.[2] UUSPN telah mengamanatkan pendidikan kecakapan hidup, sebagai bagian yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi:
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”[3]

C.     Kecakapan Vokasional (Vocational skill).
Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain, peserta didik secara langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya. Adapun tujuan dari pendidikan Vokasi adalah Pengembangan kualitas dasar peserta didik ( daya pikir, daya qolbu, dan daya fisik ) yang diperlukan untuk bekerja pada bidang keahlian tertentu[4]
Pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan pendidikan. Hal tersebut merupakan jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik di lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia kerja. Pembekalan kecakapan hidup secara khusus menjadi muatan kurikulum dalam bentuk pelajaran keterampilan fungsional dan kepribadian profesional. Disamping pembekalan kecakapan hidup melalui mata pelajaran iptek dengan pendekatan tematik, induktif, dan berorientasi kebutuhan masyarakat di wilayahnya.
Kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memampukan remaja-remaja menjadi anggota masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh. Departemen Pendidikan Nasional mengkategorikan keterampilan-keterampilan ini menjadi empat kelompok yaitu akademik, personal, sosial dan vokasional.
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang ditujukan untuk kepentingan praktis dimulai dari D-I, D-II, D-III, Sarjana Terapan, Magister Terapan dan Doktor Terapan yang berfungsi mengembangkan peserta didik agar memiliki pekerjaan keahlian terapan tertentu melalui program vokasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan vokasi ini  mengarahkan mahasiswa untuk mengembangkan keahlian terapan, beradaptasi pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat menciptakan peluang kerja.[5]
Pendidikan vokasi menganut sistem terbuka (multi-entry-exit system) dan multimakna (berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup life skill. Pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan keahlian terapan yang diselenggarakan di perguruan tinggi berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.
Ciri pendidikan vokasi yaitu:
  1. Program pendidikan mengarah ke profesi
  2. Memiliki tenaga pengajar kompeten. Dosen pada pendidikan berbasis vokasi harus memiliki sertifikat tenaga pendidik dan sertifikat kompeten
  3. Peserta didik memiliki potensi untuk dikembangkan
  4. Peralatan dan fasilitas memadai
  5. Keterjaminan biaya operasional
  6. sistem pengelolaan yang menjamin kesinambungan sumber daya berkelanjutan
D.    Hubungan Hadis terhadap Pendidikan
Dari segi pendidikan, berenang menggambarkan bahwa seseorang harus bergerak dalam mengarungi kehidupan, tanpa bergerak seseorang akan mati dan tidak akan mendapatkan suatu apapun seperti halnya berenang, bila seorang tidak bergerak di dalam kolam berisi air maka ia akan mati karena tenggelam.[6]
Kaitan Memanah dengan pendidikan adalah Memanah, bermanfaat untuk melatih kepercayaan diri serta jiwa kepemimpinan anak sejak dini. Seorang pemimpin haruslah bersifat visoner dan fokus pada tujuan, makna filosofis ini ada dipelajaran memanah, dimana anak harus melatih aspek visualnya dalam membidik sasaran panah. Selain itu, pemimpin yang elegan itu haruslah memiliki strategi dalam mencapai tujuan organisasinya. Saat anak mengeker anak panah kearah sasaran, mental menata strategi terbentuk. Karena mereka belajar sejak anak-anak dan metode memanah itu bersifat kontekstual dan melibatkan aspek fisik mereka, maka karakter kepemimpinan tersebut akan menghujam kuat dihati mereka dan akan menjadi modal yang berhaga bagi mereka dimasa-masa yang akan datang.
 Memanah sangat menitikberatkan body balancing. Maka jika si pemanah emosinya tertekan atau tak terkendali, maka panahan jadi mudah tersasar. Secara tidak langsung, gerakan ini melatih manusia untuk tenang dalam menstabilkan emosi. Individu yang tidak tenang, gopoh, pemarah, kurang sabar atau kurang sehat mentalnya tidak akan menjadi pemanah yang baik.
Berkuda, karakter anak banyak sekali terbentuk dari belajar berkuda. Dengan olah raga ini, anak dilatih jiwa kepemimpinan, kepercayaan diri, jiwa pemberani, ketangkasan, pengendalian diri, dan menyayangi serta tidak takut terhadap makhluk Alloh lainnya yaitu kuda.
Menenun dalam konteks hadis di atas, jika di kaitkan dengan pendidikan maka dengan menenun dapat menumbuh kembangkan kreatifitas anak dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri. Dan dalam menenun dapat melatih kesabaran anak, ketekunan serta keuletannya.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas maka kami dapat menyimpulkan bahwa kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memampukan remaja-remaja menjadi anggota masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh.  Kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan.
Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Adnan Ath Tharsyah, Yang Disenangi Nabi dan Yang tidak Disukai(Jakarta: Gema Insani Press,2006)

Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup, hlm, dalam www.depdiknas.go.id

Depdiknas ( 2006 ) , Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup Puskur Balitbang Depdiknas


http://novirita.blogspot.com/2009/03/ ajari-anakmu-berenang-sejak-dini.html




[1] Adnan Ath Tharsyah, Yang Disenangi Nabi dan Yang tidak Disukai(Jakarta: Gema Insani Press,2006) hal.387
[2] Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup, hlm, dalam www.depdiknas.go.id
[3] Depdiknas ( 2006 ) , Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup Puskur Balitbang Depdiknas
[5] http://berkarya.um.ac.id/2009/10/program-pendidikan-profesi-guru-selayang-pandang/
[6] http://novirita.blogspot.com/2009/03/ ajari-anakmu-berenang-sejak-dini.html