Kamis, 21 Januari 2016

PENDIDIKAN VOKASI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak ibarat kertas putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orangtua sangatlah vital. Karena melalui orangtualah, anak akan menjadi manusia yang baik atau tidak.Rasulullah SAW, sebagai teladan paripurna, telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak. Dan hal yang paling penting adalah keteladanan dalam melakukan hal-hal yang utama. Inilah yang harus dilakukan orangtua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan, tapi yang lebih penting adalah memberikan contoh konkret. Secara simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan, dan masyarakat.
Pendidikan Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian secara Islami. Semua itu dilakukan dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan Islam di dalam masyarakat tempat ia tinggal. Dan lembaga pendidikan Islam paling dini adalah orangtua dan keluarga, yang berperan sebagai madrasah pertama dalam kehidupan individu.
Seorang anak menjalankan seluruh kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, maka keluarga sangat bertanggung jawab dalam mengajari anak tentang berbagai macam perilaku Islami. Keluarga juga bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai pendidikan sosial yang baik.
Dalam makalah ini terdapat beberapa teladan buat kita semua. Yaitu cara-cara mendidik kesehatan anak yang dilakukan oleh Rasululah Nabi Muhammad SAW. Banyak orangtua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan agama pada anak-anaknya sehingga mereka hidup tanpa tuntunan. Padahal agama memberikan panduan lengkap mendidik anak. Lewat makalah ini kami akan memberikan gambaran jelas tentang cara mendidik kesehatan anak ala Rasullulah SAW.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hadis Tentang Pendidikan Vokasi
حَدَثنَا أَبُوْ بَكْرِ الطَلَحِي , حَدَثنَا أَحْمَد ابن حَمَاد بن سُفْيَان , حَدَثنَا عَمْرُو بن عثمان الحمصىي , حدثنا ابن عياش , عن سليم بن عمرو الأنصاري , عن عم أبيه , عن بكر بن عبد الله بن ربيع الأنصاري , قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : " : عَلِّمُوا أَبْنَاءَكُمْ السِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ، وَنِعْمَ لَهْوُ المُؤْمِنَةِ فِي بَيْتِهَا المِغْزلِ، وَإِذَا دَعَاكَ أَبَوَاكَ فَأَجِبْ أُمَّكَ "
Artinya :
Menceritakan kepada kami Abu Bakar Atthalahi dari Ahmad bin Hamad bin Sofyan , dari amru bin usman alhimsi dari ibnu i’yasy dari sulaiman bin amru al-anshari dari paman ayahnya dari Bakar bin Abdillah bin Rabi’ al-anshari berkata :berkata Rasulullah SAW. “ajarilah anak anakmu berenang dan melempar lembing, termasuk juga perempuan perempuan di rumahnya menenun, dan apabila kedua orangtuamu memanggil maka utamakan ibumu. (HR. Ath-Thahawi).

Rasulullah pun pernah berkata melalui haditsnya tentang olahraga panah,
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ : « إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُدْخِلُ بِالسَّهْمِ الْوَاحِدِ ثَلاَثَةَ نَفَرٍ الْجَنَّةَ : صَانِعَهُ يَحْتَسِبُ فِى صَنْعَتِهِ الْخَيْرَ وَالرَّامِىَ بِهِ وَمُنْبِلَهُ وَارْمُوا وَارْكَبُوا وَأَنْ تَرْمُوا أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا لَيْسَ مِنَ اللَّهْوِ إِلاَّ ثَلاَثٌ : تَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ وَمُلاَعَبَتُهُ أَهْلَهُ وَرَمْيُهُ بِقَوْسِهِ وَنَبْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ الرَّمْىَ بَعْدَ مَا عَلِمَهُ رَغْبَةً عَنْهُ فَإِنَّهَا نِعْمَةٌ تَرَكَهَا ». أَوْ قَالَ : « كَفَرَهَا ».
Dari ‘Uqbah bin ‘Amr berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT akan memasukan tiga kelompok ke dalam Sorga karena sebab panah satu, yaitu pembuat panah yang mengharapkan kebaikan dari panah buatannya, pemanah dan pelontar anak panah, maka memanahlah dan naikilah (kuda) kalian semuanya, adapaun memanah lebih aku sukai dari pada naik kuda. Bukanlah suatu lahw kecuali pada tiga hal; Seorang yang mengajari kudanya, permainannya terhadap istrinya dan permainan busur dan anak panahnya, barang siapa meninggalkan olahraga panah setelah mempelajarinya karena benci maka (ketahuilah) bahwa sesungguhnya ia adalah suatu nikmat yang telah dia tinggalkan’ atau Nabi berkata ‘yang telah ia kufuri.’ (HR. Abu Daud)[1]

B.     Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup ( Life Skill)
Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Dengan cara ini, pendidikan akan lebih realistis, lebih kontekstual, tidak akan mencabut peserta didik dari akarnya, sehingga pendidikan akan lebih bermakna bagi peserta didik dan akan tumbuh subur. Seseoarang dikatakan memiliki kecakapan hidup apabila yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kehidupan yang dimaksud meliputi kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan tetangga, kehidupan masyarakat, kehidupan perusahaan, kehidupan bangsa, dan kehidupan-kehidupan yang lainnya.
Ciri kehidupan adalah perubahan, dan perubahan selalu menuntut kecakapan-kecakapan untuk menghadapinya.[2] UUSPN telah mengamanatkan pendidikan kecakapan hidup, sebagai bagian yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi:
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”[3]

C.     Kecakapan Vokasional (Vocational skill).
Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain, peserta didik secara langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya. Adapun tujuan dari pendidikan Vokasi adalah Pengembangan kualitas dasar peserta didik ( daya pikir, daya qolbu, dan daya fisik ) yang diperlukan untuk bekerja pada bidang keahlian tertentu[4]
Pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan pendidikan. Hal tersebut merupakan jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik di lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia kerja. Pembekalan kecakapan hidup secara khusus menjadi muatan kurikulum dalam bentuk pelajaran keterampilan fungsional dan kepribadian profesional. Disamping pembekalan kecakapan hidup melalui mata pelajaran iptek dengan pendekatan tematik, induktif, dan berorientasi kebutuhan masyarakat di wilayahnya.
Kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memampukan remaja-remaja menjadi anggota masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh. Departemen Pendidikan Nasional mengkategorikan keterampilan-keterampilan ini menjadi empat kelompok yaitu akademik, personal, sosial dan vokasional.
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang ditujukan untuk kepentingan praktis dimulai dari D-I, D-II, D-III, Sarjana Terapan, Magister Terapan dan Doktor Terapan yang berfungsi mengembangkan peserta didik agar memiliki pekerjaan keahlian terapan tertentu melalui program vokasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan vokasi ini  mengarahkan mahasiswa untuk mengembangkan keahlian terapan, beradaptasi pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat menciptakan peluang kerja.[5]
Pendidikan vokasi menganut sistem terbuka (multi-entry-exit system) dan multimakna (berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup life skill. Pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan keahlian terapan yang diselenggarakan di perguruan tinggi berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.
Ciri pendidikan vokasi yaitu:
  1. Program pendidikan mengarah ke profesi
  2. Memiliki tenaga pengajar kompeten. Dosen pada pendidikan berbasis vokasi harus memiliki sertifikat tenaga pendidik dan sertifikat kompeten
  3. Peserta didik memiliki potensi untuk dikembangkan
  4. Peralatan dan fasilitas memadai
  5. Keterjaminan biaya operasional
  6. sistem pengelolaan yang menjamin kesinambungan sumber daya berkelanjutan
D.    Hubungan Hadis terhadap Pendidikan
Dari segi pendidikan, berenang menggambarkan bahwa seseorang harus bergerak dalam mengarungi kehidupan, tanpa bergerak seseorang akan mati dan tidak akan mendapatkan suatu apapun seperti halnya berenang, bila seorang tidak bergerak di dalam kolam berisi air maka ia akan mati karena tenggelam.[6]
Kaitan Memanah dengan pendidikan adalah Memanah, bermanfaat untuk melatih kepercayaan diri serta jiwa kepemimpinan anak sejak dini. Seorang pemimpin haruslah bersifat visoner dan fokus pada tujuan, makna filosofis ini ada dipelajaran memanah, dimana anak harus melatih aspek visualnya dalam membidik sasaran panah. Selain itu, pemimpin yang elegan itu haruslah memiliki strategi dalam mencapai tujuan organisasinya. Saat anak mengeker anak panah kearah sasaran, mental menata strategi terbentuk. Karena mereka belajar sejak anak-anak dan metode memanah itu bersifat kontekstual dan melibatkan aspek fisik mereka, maka karakter kepemimpinan tersebut akan menghujam kuat dihati mereka dan akan menjadi modal yang berhaga bagi mereka dimasa-masa yang akan datang.
 Memanah sangat menitikberatkan body balancing. Maka jika si pemanah emosinya tertekan atau tak terkendali, maka panahan jadi mudah tersasar. Secara tidak langsung, gerakan ini melatih manusia untuk tenang dalam menstabilkan emosi. Individu yang tidak tenang, gopoh, pemarah, kurang sabar atau kurang sehat mentalnya tidak akan menjadi pemanah yang baik.
Berkuda, karakter anak banyak sekali terbentuk dari belajar berkuda. Dengan olah raga ini, anak dilatih jiwa kepemimpinan, kepercayaan diri, jiwa pemberani, ketangkasan, pengendalian diri, dan menyayangi serta tidak takut terhadap makhluk Alloh lainnya yaitu kuda.
Menenun dalam konteks hadis di atas, jika di kaitkan dengan pendidikan maka dengan menenun dapat menumbuh kembangkan kreatifitas anak dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri. Dan dalam menenun dapat melatih kesabaran anak, ketekunan serta keuletannya.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas maka kami dapat menyimpulkan bahwa kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memampukan remaja-remaja menjadi anggota masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh.  Kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan.
Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Adnan Ath Tharsyah, Yang Disenangi Nabi dan Yang tidak Disukai(Jakarta: Gema Insani Press,2006)

Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup, hlm, dalam www.depdiknas.go.id

Depdiknas ( 2006 ) , Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup Puskur Balitbang Depdiknas


http://novirita.blogspot.com/2009/03/ ajari-anakmu-berenang-sejak-dini.html




[1] Adnan Ath Tharsyah, Yang Disenangi Nabi dan Yang tidak Disukai(Jakarta: Gema Insani Press,2006) hal.387
[2] Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup, hlm, dalam www.depdiknas.go.id
[3] Depdiknas ( 2006 ) , Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup Puskur Balitbang Depdiknas
[5] http://berkarya.um.ac.id/2009/10/program-pendidikan-profesi-guru-selayang-pandang/
[6] http://novirita.blogspot.com/2009/03/ ajari-anakmu-berenang-sejak-dini.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar