BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Anak ibarat kertas putih, yang bisa
ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orangtua sangatlah vital. Karena melalui
orangtualah, anak akan menjadi manusia yang baik atau tidak.Rasulullah SAW,
sebagai teladan paripurna, telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik dan
mempersiapkan anak. Dan hal yang paling penting adalah keteladanan dalam
melakukan hal-hal yang utama. Inilah yang harus dilakukan orangtua. Bukan hanya
memerintah dan menyalahkan, tapi yang lebih penting adalah memberikan contoh
konkret. Secara simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan,
pergaulan, dan masyarakat.
Pendidikan Islam benar-benar telah
memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian
secara Islami. Semua itu dilakukan dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan
Islam di dalam masyarakat tempat ia tinggal. Dan lembaga pendidikan Islam
paling dini adalah orangtua dan keluarga, yang berperan sebagai madrasah
pertama dalam kehidupan individu.
Seorang anak menjalankan seluruh
kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, maka keluarga sangat bertanggung
jawab dalam mengajari anak tentang berbagai macam perilaku
Islami. Keluarga juga bertanggung jawab untuk membekali anak dengan
nilai-nilai pendidikan sosial yang baik.
Dalam makalah ini terdapat
beberapa teladan buat kita semua. Yaitu cara-cara
mendidik kesehatan anak yang dilakukan oleh Rasululah Nabi Muhammad
SAW. Banyak orangtua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan agama pada
anak-anaknya sehingga mereka hidup tanpa tuntunan. Padahal agama
memberikan panduan lengkap mendidik anak.
Lewat makalah ini kami akan memberikan gambaran jelas
tentang cara mendidik kesehatan anak ala Rasullulah SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hadis Tentang Pendidikan Vokasi
حَدَثنَا
أَبُوْ بَكْرِ الطَلَحِي , حَدَثنَا أَحْمَد ابن حَمَاد بن سُفْيَان , حَدَثنَا
عَمْرُو بن عثمان الحمصىي , حدثنا ابن عياش , عن سليم بن عمرو الأنصاري , عن عم
أبيه , عن بكر بن عبد الله بن ربيع الأنصاري , قال : قال رسول الله صلى الله عليه
و سلم : " : عَلِّمُوا أَبْنَاءَكُمْ السِّبَاحَةَ
وَالرِّمَايَةَ، وَنِعْمَ لَهْوُ المُؤْمِنَةِ فِي بَيْتِهَا المِغْزلِ، وَإِذَا
دَعَاكَ أَبَوَاكَ فَأَجِبْ أُمَّكَ
"
Artinya
:
Menceritakan
kepada kami Abu Bakar Atthalahi dari Ahmad bin Hamad bin Sofyan , dari amru bin
usman alhimsi dari ibnu i’yasy dari sulaiman bin amru al-anshari dari paman
ayahnya dari Bakar bin Abdillah bin Rabi’ al-anshari berkata :berkata
Rasulullah SAW. “ajarilah anak anakmu berenang dan melempar lembing, termasuk
juga perempuan perempuan di rumahnya menenun, dan apabila kedua orangtuamu
memanggil maka utamakan ibumu. (HR. Ath-Thahawi).
Rasulullah pun pernah berkata melalui haditsnya
tentang olahraga panah,
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ : « إِنَّ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ يُدْخِلُ بِالسَّهْمِ الْوَاحِدِ ثَلاَثَةَ نَفَرٍ الْجَنَّةَ : صَانِعَهُ
يَحْتَسِبُ فِى صَنْعَتِهِ الْخَيْرَ وَالرَّامِىَ بِهِ وَمُنْبِلَهُ وَارْمُوا
وَارْكَبُوا وَأَنْ تَرْمُوا أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا لَيْسَ مِنَ
اللَّهْوِ إِلاَّ ثَلاَثٌ : تَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ وَمُلاَعَبَتُهُ
أَهْلَهُ وَرَمْيُهُ بِقَوْسِهِ وَنَبْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ الرَّمْىَ بَعْدَ مَا
عَلِمَهُ رَغْبَةً عَنْهُ فَإِنَّهَا نِعْمَةٌ تَرَكَهَا ». أَوْ قَالَ : «
كَفَرَهَا ».
Dari ‘Uqbah bin ‘Amr berkata: “Saya mendengar Rasulullah
saw bersabda ‘Sesungguhnya Allah SWT akan memasukan tiga kelompok ke dalam
Sorga karena sebab panah satu, yaitu pembuat panah yang mengharapkan kebaikan
dari panah buatannya, pemanah dan pelontar anak panah, maka memanahlah dan
naikilah (kuda) kalian semuanya, adapaun memanah lebih aku sukai dari pada naik
kuda. Bukanlah suatu lahw kecuali pada tiga hal; Seorang yang mengajari
kudanya, permainannya terhadap istrinya dan permainan busur dan anak panahnya,
barang siapa meninggalkan olahraga panah setelah mempelajarinya karena benci
maka (ketahuilah) bahwa sesungguhnya ia adalah suatu nikmat yang telah dia
tinggalkan’ atau Nabi berkata ‘yang telah ia kufuri.’ (HR. Abu Daud)[1]
B. Pengertian
Pendidikan Kecakapan Hidup ( Life Skill)
Pendidikan
kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang
dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan
sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam
menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangannya.
Dengan cara
ini, pendidikan akan lebih realistis, lebih kontekstual, tidak akan mencabut
peserta didik dari akarnya, sehingga pendidikan akan lebih bermakna bagi
peserta didik dan akan tumbuh subur. Seseoarang dikatakan memiliki kecakapan
hidup apabila yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan
kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kehidupan yang dimaksud meliputi kehidupan
pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan tetangga, kehidupan masyarakat, kehidupan
perusahaan, kehidupan bangsa, dan kehidupan-kehidupan yang lainnya.
Ciri
kehidupan adalah perubahan, dan perubahan selalu menuntut kecakapan-kecakapan
untuk menghadapinya.[2] UUSPN
telah mengamanatkan pendidikan kecakapan hidup, sebagai bagian yang menjadi
tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi:
“Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”[3]
C. Kecakapan
Vokasional (Vocational skill).
Pendidikan
vokasional merupakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang
dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan
vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of
learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan
vokasional ini, antara lain, peserta didik secara langsung dapat mengembangkan
keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan
dihadapinya. Adapun tujuan dari pendidikan Vokasi adalah Pengembangan kualitas
dasar peserta didik ( daya pikir, daya qolbu, dan daya fisik ) yang diperlukan
untuk bekerja pada bidang keahlian tertentu[4]
Pendidikan
kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan pendidikan. Hal tersebut
merupakan jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik di lembaga
pendidikan dengan masyarakat dan dunia kerja. Pembekalan kecakapan hidup secara
khusus menjadi muatan kurikulum dalam bentuk pelajaran keterampilan fungsional
dan kepribadian profesional. Disamping pembekalan kecakapan hidup melalui mata
pelajaran iptek dengan pendekatan tematik, induktif, dan berorientasi kebutuhan
masyarakat di wilayahnya.
Kecakapan
hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memampukan remaja-remaja menjadi
anggota masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh. Departemen Pendidikan
Nasional mengkategorikan keterampilan-keterampilan ini menjadi empat kelompok
yaitu akademik, personal, sosial dan vokasional.
Pendidikan
vokasi merupakan pendidikan tinggi yang ditujukan untuk kepentingan praktis
dimulai dari D-I, D-II, D-III, Sarjana Terapan, Magister Terapan dan Doktor
Terapan yang berfungsi mengembangkan peserta didik agar memiliki pekerjaan
keahlian terapan tertentu melalui program vokasi dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan vokasi ini mengarahkan mahasiswa untuk mengembangkan
keahlian terapan, beradaptasi pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat
menciptakan peluang kerja.[5]
Pendidikan
vokasi menganut sistem terbuka (multi-entry-exit system) dan multimakna
(berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak, dan
kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup life skill. Pendidikan vokasi
berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi terapan serta sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja.
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan keahlian terapan yang diselenggarakan di
perguruan tinggi berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas.
Ciri
pendidikan vokasi yaitu:
- Program
pendidikan mengarah ke profesi
- Memiliki
tenaga pengajar kompeten. Dosen pada pendidikan berbasis vokasi harus
memiliki sertifikat tenaga pendidik dan sertifikat kompeten
- Peserta
didik memiliki potensi untuk dikembangkan
- Peralatan
dan fasilitas memadai
- Keterjaminan
biaya operasional
- sistem
pengelolaan yang menjamin kesinambungan sumber daya berkelanjutan
D.
Hubungan Hadis terhadap Pendidikan
Dari
segi pendidikan, berenang menggambarkan bahwa seseorang harus bergerak dalam mengarungi
kehidupan, tanpa bergerak seseorang akan mati dan tidak akan mendapatkan suatu
apapun seperti halnya berenang, bila seorang tidak bergerak di dalam kolam
berisi air maka ia akan mati karena tenggelam.[6]
Kaitan Memanah dengan pendidikan adalah Memanah, bermanfaat untuk
melatih kepercayaan diri serta jiwa kepemimpinan anak sejak dini. Seorang
pemimpin haruslah bersifat visoner dan fokus pada tujuan, makna filosofis ini
ada dipelajaran memanah, dimana anak harus melatih aspek visualnya dalam
membidik sasaran panah. Selain itu, pemimpin yang elegan itu haruslah memiliki
strategi dalam mencapai tujuan organisasinya. Saat anak mengeker anak panah
kearah sasaran, mental menata strategi terbentuk. Karena mereka belajar sejak
anak-anak dan metode memanah itu bersifat kontekstual dan melibatkan aspek
fisik mereka, maka karakter kepemimpinan tersebut akan menghujam kuat dihati
mereka dan akan menjadi modal yang berhaga bagi mereka dimasa-masa yang akan
datang.
Memanah sangat menitikberatkan body
balancing. Maka jika si pemanah emosinya tertekan atau tak terkendali, maka
panahan jadi mudah tersasar. Secara tidak langsung, gerakan ini melatih manusia
untuk tenang dalam menstabilkan emosi. Individu yang tidak tenang, gopoh,
pemarah, kurang sabar atau kurang sehat mentalnya tidak akan menjadi
pemanah yang baik.
Berkuda,
karakter anak banyak sekali terbentuk dari belajar berkuda. Dengan olah raga
ini, anak dilatih jiwa kepemimpinan, kepercayaan
diri, jiwa pemberani, ketangkasan, pengendalian diri, dan menyayangi serta
tidak takut terhadap makhluk Alloh lainnya yaitu kuda.
Menenun dalam konteks hadis di atas, jika di kaitkan
dengan pendidikan maka dengan menenun dapat menumbuh kembangkan kreatifitas
anak dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri. Dan dalam menenun dapat
melatih kesabaran anak, ketekunan serta keuletannya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
uraian di atas maka kami dapat menyimpulkan bahwa kecakapan hidup adalah
berbagai jenis keterampilan yang memampukan remaja-remaja menjadi anggota
masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh.
Kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat
membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan
kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya
termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan
pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan
tantangan hidup dalam kehidupan.
Pendidikan
kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk
mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan
spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah
mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup
dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar peserta didik mengenal
dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan
pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga
secara struktur tidak berdiri sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnan Ath Tharsyah, Yang Disenangi Nabi dan Yang tidak Disukai(Jakarta:
Gema Insani Press,2006)
Depdiknas (
2006 ) , Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup Puskur Balitbang
Depdiknas
http://novirita.blogspot.com/2009/03/
ajari-anakmu-berenang-sejak-dini.html
[1] Adnan Ath Tharsyah, Yang Disenangi Nabi dan Yang tidak Disukai(Jakarta:
Gema Insani Press,2006) hal.387

Tidak ada komentar:
Posting Komentar